Tampilkan postingan dengan label Gangguan Eliminasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Gangguan Eliminasi. Tampilkan semua postingan

Jumat, 04 Juni 2010

Toilet Training Untuk Anak Cacat

Anak-anak dengan cacat fisik mungkin juga mempunyai masalah dengan potty training yang sering melibatkan belajar untuk bisa masuk ke toilet, dan berganti pakaian. Sebuah kursi toilet khusus dan penyesuaian lainnya mungkin perlu dibuat untuk anak-anak ini.

Hal-hal yang harus dihindari bila toilet training anak Anda, dan membantu mencegah resistensi, mulai stres selama periode waktu atau perubahan dalam keluarga (bergerak, bayi baru, dll), mendorong anak Anda terlalu cepat, dan menghukum kesalahan. Sebaliknya, Anda harus memperlakukan kecelakaan dan kesalahan ringan. Pastikan untuk pergi pada anak Anda menunjukkan kecepatan dan dorongan yang kuat dan pujian ketika dia berhasil.

Karena tanda-tanda penting kesiapan dan motivator untuk mulai melibatkan potty training menjadi tidak nyaman dalam popok yang kotor, jika anak Anda tidak terganggu oleh popok kotor atau basah, maka Anda mungkin perlu mengubah dia ke pakaian biasa atau pelatihan celana pada siang hari pelatihan. Anak-anak lain dapat terus memakai popok atau pull up jika mereka terganggu, dan Anda tahu ketika mereka kotor.

Sumber :

http://www.scumdoctor.com/Indonesian/parenting/potty-training/Toilet-Training-For-Disabled-Children.html

Dampak Encopresis

Encopresis dapat menyebabkan baik fisik dan emosional. tinja dampak (kumulatif) dalam usus dapat menyebabkan sakit perut dan kehilangan nafsu makan. Beberapa anak-anak mengembangkan infeksi kandung kemih. Ada masalah kesehatan lainnya yang dapat menyebabkan sembelit kronis, di antaranya termasuk diabetes, penyakit Hirschsprung dan penyakit radang usus.

Anak-anak dengan encopresis pasti bisa merasa emosional marah oleh "kecelakaan" mereka saat mereka tanah pakaian mereka. Mereka biasanya tidak memiliki kontrol kebocoran ini kotoran. Hal ini dapat mempengaruhi harga diri Anda dan interaksi dengan orang lain. Mereka mungkin menghindari pergi ke sekolah, bermain dengan teman-teman atau menghabiskan malam jauh dari rumah. Orangtua dapat merasa bersalah, malu, marah atau jijik oleh masalah. Anak akan sering sadar akan perasaan orang tua mereka dan ini bahkan lebih emosional terpengaruh.

Siapa saja sih yang mengalami Encopresis ??

Sebuah penelitian menyebutkan bahwa sekitar 1,5 persen anak usia SD mengalamiencopresis. Lebih rinci lagi, 2 persen dari jumlah tersebut adalah anak laki-laki usia 8 tahun. Sementara anak perempuan usia 8 tahun yang mengalami encopresis hanya 0,7 persen. Masih menurut survei, anak laki-laki lebih sering mengalami encopresis sekitar 3 kali lipat dibandingkan anak perempuan. Kenapa begitu? Selidik punya selidik ternyata anak perempuan memang lebih cepat menerapkan toilet training dibandingkan anak laki-laki.

Yang perlu diketahui juga, kejadian encopresis tak berkaitan sama sekali dengan faktor genetik, status sosial, atau status ekonomi. Jadi, siapa pun bisa mengalaminya. Pada beberapa kasus, encopresis dialami oleh anak yang hiperaktif dan ADHD.

Menurut Rini, ada 2 klasifikasi mengapa anak mengalami encopresis. Pertama, anak belum pernah dilatih toilet training. Jadi, otomatis dia selalu BAB di celana. Kedua, anak pernah dilatih toilet training dan bisa menerapkannya. Namun, karena kondisi tertentu si anak kemudian tak bisa mengendalikan buang air lagi sehingga terjadilah encopresis.

Rini menambahkan, anak yang mengalami encopresis di usia sekolah bukan berarti dia mengalami kemunduran atau regresi. Untuk melihat apakah ada sesuatu yang serius tentunya harus memperhatikan seluruh aspek perkembangan si anak. "Apakah perkembangan bahasa, motorik, dan kognitifnya juga ikut mengalami regresi atau tidak."

Sumber :

http://www.tabloid-nakita.com/Panduan/panduan06270-02.htm

Penyebab Encopresis

Banyak sekali penyebab anak menjadi Encopresis, yaitu, Anak mengalami beban pikiran yang tak terselesaikan. Entah itu masalah di sekolah atau di rumah.

Anak yang kurang melakukan aktivitas fisik berisiko mengalami encopresis. Sebaiknya di usia sekolah, dimana anak tengah bersemangat melakukan eksplorasi, ia diberi berbagai kegiatan. Tujuannya selain untuk mengantisipasi terjadinya encopresis, juga demi mengembangkan kemampuan dan keterampilannya.

Ada juga beberapa anak yang selalu menahan BAB. Alasannya beragam. Misalnya, anak terlalu asyik melakukan suatu kegiatan sehingga enggan pergi ke toilet. Namun karena rangsangan untuk BAB begitu kuat dan tak bisa ditahan lagi, akhirnya terjadilah encopresis.

Sebagian anak menahan BAB karena tak terbiasa menggunakan sarana umum, terutama toilet yang kurang bersih. Misalnya, kamar mandi di sekolah yang ternyata bau dan kotor yang bertolak belakang dengan toilet di rumah yang terjaga kebersihannya. Akhirnya dia memilih menahan BAB ketimbang harus memakai toilet sekolah. Saat si anak tak kuat lagi menahan, terjadilah encopresis. Syukur-syukur kalau ia berterus terang BAB di celana, karena biasanya mereka akan diam seribu basa. Baru ketahuan orang lain setelah tercium aromanya yang tak sedap.

Encopresis juga bisa dipicu oleh asupan makanan yang kurang baik yang menyebabkan gangguan di saluran pencernaan. Misalnya sering menyantap makanan berlemak tinggi, berkadar gula tinggi atau junk food. Minuman yang mengandung banyak gula dan soda juga bisa mencetuskan terjadinya encopresis.

Selain itu, Encopresis juga bisa terjadi karena efek obat-obatan yang bisa menyebabkan terhambatnya pengeluaran kotoran. Misalnya, obat batuk yang mengandung zat seperticodein. Encopresis terjadi karena obat tersebut tak cocok atau dipakai dalam jangka panjang.

Pengajaran atau pelatihan buang air (toilet training) yang dilakukan dengan memaksa anak, cepat atau lambat akan menjadi tidak efektif. Begitu pula kalau misalnya anak yang BAB di celana lantas dimarahi orang tua.

Sumber :

http://www.tabloid-nakita.com/Panduan/panduan06270-02.htm

Definisi Encopresis

Encopresis adalah buang air besar tiba-tiba yang bukan disebabkan oleh penyakit atau kelainan fisik.

encopresis, yaitu ketidakmampuan untuk mengendalikan atau menahan BAB tanpa ditemukannya kelainan atau penyakit. Kebanyakan gejala ini memang dialami oleh anak usia SD.

Dalam encopresis terjadi terutama pada malam hari hanya pada siang hari dan hanya diamati sangat jarang. Pada orang dewasa, encopresis terjadi praktis tidak terjadi. Kerugian bangku yang sering dikaitkan dengan kronis sembelit dan keras tinja yang sangat.

Encopresis adalah masalah yang anak-anak bisa berkembang karena sembelit kronis (berkepanjangan). Dengan sembelit, buang air besar anak-anak memiliki lebih sedikit dari biasanya, dan kotoran yang dapat keras, kering dan sulit. Setelah anak menjadi sembelit, lingkaran setan dapat berkembang. Anak mungkin menghindari memakai kamar mandi untuk menghindari ketidaknyamanan.

Kamis, 03 Juni 2010

Cara Mencegah Gangguan Enuresis

Terdapat beberapa upaya untuk mengurangi dan menghentikan anak yang masih ngompol diatas umur lima tahun, diantaranya melalui terapi non farmakologik dan terapi farmakologik.

Untuk terapi non farmakologik adalah terapi tanpa obat. Beberapa contoh upayanya adalah melalui latihan menahan miksi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih. ”Jangan lupa untuk beri anak anda motivasi, seperti pujian dan tolong jangan malah dimarahi,” himbau Prof. Sjaifullah saat memberikan seminar awam.

Seringkali orang tua malah memarahi anaknya yang tetap ngompol, padahal menurut Prof. Sjaifullah, hal tersebut malah akan memberikan tekanan kepada anak-anak. Sehingga lebih baik para orang tua mendukung dan memotivasi mereka untuk dapat berhenti ngompol. Beri pujian saat anak berhasi bebas ngompol, beri lampu penerangan yang cukup untuk jalan menuju kamar mandi, sehingga anak tidak takut pergi ke kamar mandi sendiri di malam hari.

Selain itu dapat mengurangi minum di malam hari, atau biasakan kencing sebelum tidur. Salah satu cara yang tidak terlalu umum adalah menggunakan pampers yang memiliki alarm.

Cara lain yang ditempuh apabila cara non obat tersebut tidak juga berhasil adalah dengan menggunakan obat seperti Anti depressan, ADH, atau melalui akupuntur, hipnosis dan lain sebagainya. ”Diharapkan orang tua tidak menggunakan obat untuk menghentikan kebiasaan ngompol,” jelas Prof. Sjaifullah. Ia menjelaskan bahwa hal tersebut dapat menjadikan anak ketergantungan terhadap konsumsi obat.

Alasan terpenting untuk mengobati anak dengan enuresis adalah untuk memperbaiki hilangnya kepercayaan diri dan masalah-masalah psikologik sekunder atau masalah-masalah perilaku yang berkembang akibat enuresis.5 Pencegahan enuresis hampir sama dengan terapi perilaku yang diberikan pada anak dengan diuresis. Anak harus dibiasakan untuk buang air kecil di toilet setiap pagi hari dan didorong agar tidak terbiasa menahan kencing. Kondisi-kondisi yang membuat anak tidak nyaman untuk menggunakan toilet sedapat mungkin dihindari. Karena konstipasi dapat menjadi faktor predisposisi enuresis, pencegahannya juga dapat mencegah terjadinya enuresis. Dengan demikian, anak juga harus dibiasakan untuk buang air besar setelah makan pagi, diet kaya serat, dan tidak terbiasa menahan buang air besar. Anak harus mengurangi minum setelah makan malam sehingga anak harus dibebaskan minum pada pagi dan awal siang hari.

Sumber :

http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita/cegah-enuresis-pada-anak

http://imsj.globalkrching.com/enuresis/

Penyebab Enuresis

Penyebab enuresis bermacam-macam. Menurut Pengajar di Unika Atma Jaya, Jakarta ini yang pasti sumber masalahnya terdapat dalam lingkungan kehidupan sosial anak, bisa dalam keluarga, di sekolah atau lainnya. Di lingkungan keluarga bisa karena kakek-nenek, orang tua, kakak atau adik. Misalnya karena sering ditinggal orang tuanya, selalu mendapat tekanan dari orang tua, atau merasa diperlakukan tidak adil dan berbeda dibandingkan perlakuan orang tua terhadap kakak atau adiknya.

Masalah di lingkungan sekolah bisa berkaitan dengan guru atau teman. Misalnya takut ke sekolah karena materi pelajaran yang dinilainya terlalu memberatkan, takut mendapat nilai jelek, atau takut dimarahi guru. Bisa juga karena bermasalah dengan teman-temannya, seperti selalu berselisih atau bermusuhan sehingga menjadi sangat tegang hingga akhirnya ngompol.

Sumber :

http://www.tabloid-nakita.com/Panduan/panduan05257-02.htm

A. Pengertian Enuresis

Enuresis adalah ngompol atau keluarnya air seni tanpa terkendali yang terjadi saat keadaan tidur maupun terjaga. Sementara si anak juga tak mengalami masalah atau riwayat apa pun berkaitan dengan kesehatan fisiknya, entah itu diabetes, infeksi saluran kandungan kemih atau efek dari obat-obatan tertentu.

Enuresis telah dikenal sejak tahun 1550 sebelum Masehi, sebagai suatu keadaan yang mengganggu anak dan memerlukan pengobatan. Hal ini dikemukakan pertama kalinya oleh Ebers (Bakwin dan Bakwin, 1972; HcKendry dan Stewart, 1974). Di kalangan masyarakat primitif, kekuatan supernatural dianggap sebagai penyebabnya, sehingga pengobatan yang diberikan kepada anak dengan enuresis jugs bersifat magis.

Berbagai penelitian mengenai enuresis menunjukkan variasi pada angka kejadian dan penatalaksanaannya. Adapun penyebabnya ialah karena definisi, kriteria dan konsep etiologis untuk masing-masing peneliti berlainan (deJonge, 1973).

Definisi enuresis adalah pengeluaran urin yang tidak disadari oleh seorang anak yang dianggap telah dapat mengendalikan isi kandung kemihnya. Dari berbagai kepustakaan, umur saat anak dianggap mampu mengendalikan pengeluaran isi kandung kemihnya ini bervariasi, namun sebagian besar peneliti menyebutkan umur di atas 5 tahun (HcKendry dan Stewart, 1974; Cohen, 1975; Gauthier dkk.1982).

Enuresis pada dasarnya juga tidak berkaitan dengan gagalnya toilet training ketika si anak masih kecil. Lebih jelasnya, "Anak yang sebelumnya sudah tidak ngompol tapi kemudian malah sering ngompol lagi, itulah yang disebut mengalami enuresis.

Sumber :

http://www.garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:20611/q/pengarang:SUWARTI%20/offset/0/limit/15

Gangguan Eliminasi pada Anak

gangguan eliminasi itu? yang dsebut gangguan eliminasi yaitu anak-anak yang bermasalah dengan pola pengeluaran feses atau urin ditempat abnormal (tempat yang tidak seharusnya).

Jenis Gangguan eliminasi ada 2, yaitu :

1. Enuresis

Enuresis adalah ngompol atau keluarnya air seni tanpa terkendali yang terjadi saat keadaan tidur maupun terjaga. Sementara si anak juga tak mengalami masalah atau riwayat apa pun berkaitan dengan kesehatan fisiknya, entah itu diabetes, infeksi saluran kandungan kemih atau efek dari obat-obatan tertentu.

2. encopresis

encopresis, yaitu ketidakmampuan untuk mengendalikan atau menahan BAB tanpa ditemukannya kelainan atau penyakit. Kebanyakan gejala ini memang dialami oleh anak usia SD.

Sumber :

http://www.tabloid-nakita.com/Panduan/panduan05257-02.htm

http://www.tabloid-nakita.com/Panduan/panduan06270-02.htm