Minggu, 24 April 2011

Privasi, Personal Space (Ruang Personal) dan Teritorialitas

Privasi, Personal Space (Ruang Personal) dan Teritorialitas

A. Privasi
1. Pengertian Privasi

Privasi merupakan tingkatan interaksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada suatu kondisi atau situasi tertentu. Tingkatan privasi yang diinginkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, adanya keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain (Dibyo Hartono, 1986).
Rapoport (dalam Soesilo, 1988) mendefinisikan privasi sebagai suatu kemampuan untuk mengontrol interaksi, kemampuan untuk memperoleh pilihan-pilihan dan kemampuan untuk mencapai interaksi yang diinginkan. Privasi jangan dipandang hanya sebagai penarikan diri seseorang secara fisik terhadap pihak-pihak lain dalam rangka menyepi saja.
Marshall (dalam Wrightman & Deaux, 1981) dan ahli-ahli lain (seperti Bates, 1964; Kira, 1966 dalam Altman, 1975) mengatakan bahwa privasi menunjukkan adanya pilihan untuk menghindarkan diri dari keterlibatan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya. Sedangkan menurut Altman (1975) privasi adalah proses pengontrolan yang selektif terhadap akses kepada diri sendiri dan akses kepada orang lain.
2. Fungsi-Fungsi Privasi
Altman (1975) menjabarkan beberapa fungsi privasi :
• fungsi pertama privasi adalah pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain diinginkan, kapan waktunya menyendiri dan kapan waktunya bersama-sama dengan orang lain. privasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu privasi rendah (terjadi bila hubungan dengan orang lain dikehendaki), dan privasi tinggi (terjadi bila ingin menyendiri dan hubungan dengan orang lain dikurangi).
• fungsi kedua privasi adalah merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman / jarak dalam berhubungan dengan orang lain.
• fungsi ketiga privasi adalah memperjelas identitas diri.
3. faktor-faktor Yang Mempengaruhi Privasi
Terdapat faktor yang mempengaruhi privasi yaitu faktor personal, faktor situasional, faktor budaya.
• Faktor Personal
Marshall (dalam Gifford, 1987) mengatakan bahwa perbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi. Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam suasana rumah yang sesak akan lebih memilih keadaan yang anonim dan reserve saat ia dewasa. Sedangkan orang menghabiskan sebagian besar waktunya di kota akan lebih memilih keadaan anonim dan intimacy.
• Faktor Situasional
Beberapa hasil penelitian tentang privasi dalam dunia kerja, secara umum menyimpulkan bahwa kepuasaan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang di dalamnya untuk menyendiri (Gifford, 1987).
• Faktor Budaya
Penemuan dari beberapa peneliti tentang privasi dalam berbagai budaya (seperti Patterson dan Chiswick pada suku Iban di Kalimantan, Yoors pada orang Gypsy dan Geertz pada orang Jawa dan Bali) memandang bahwa tiap-tiap budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi (Gifford, 1987).

4. Pengaruh Privasi Terhadap Perilaku
Maxine Wolfe dan kawan-kawan (dalam Holahan, 1982) mecatat bahwa pengelolahan hubungan interpersonal adalah pusat dari pengalaman tentang privasi dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, orang yang terganggu privasinya akan merasakan keadaan yang tidak mengenakkan. Sedangkan Schwartz (dalam Holahan, 1982) menemukan bahwa kemampuan untuk menarik diri ke dalam privasi (privasi tinggi) dapat membantu membuat hidup ini lebih mengenakkan saat harus berurusan dengan orang-orang yang “sulit”. Sementara hal yang senada diungkapkan oleh westin bahwa saat-saat kita mendapatkan privasi seperti yang kita inginkan, kita dapat melakukan pelepasan emosi dari akumulasi tekanan hidup sehari-hari dan kita juga dapat melakukan evaluasi diri serta membantu kita mengembangkan dan mengelola perasaan otonomi diri. Otonomi ini meliputi perasaan bebas, kesadaran memilih dan kemerdekaan dari pengaruh orang lain.

B. Personal Space (Ruang Personal)
Menurut Sommer (dalam Alt man, 1975) ruang personal adalah daerah di sekeliling seseorang dengan batasan-batasan yang tidak jelas dimana seseorang tidak boleh memasukinya. Goffman (dalam Altman, 1975) menggambarkan ruang personal sebagai jarak / daerah di sekitar individu dimana dengan memasuki daerah orang lain, menyebabkn orang lain tersebut merasa batasnya dilanggar, merasa tidak senang, dan kadang-kadang menarik diri.
Beberapa definisi ruang personal secara implisit berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain :
1. Ruang personal adalah batasan-batasan yang tidak jelas antara seseorang dengan orang lain.
2. Ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri.
3. Pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
4. Ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat kecemasan, stress, dan bahkan perkelahian.
5. Ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak antar manusia, walaupun ada tiga orientasi dari orang lain : berhadapan, saling membelakangi, dan searah.
Menurut Edward T. Hall, seorang antropolog, bahwa dalam interaksi sosial terdapat 4 zona spasial yang meliputi : jarak intim, jarak personal, jarak sosial, dan jarak publik. Kajian ini kemudian dikenal dengan istilah Proksemik (kedekatan) atau cara seseorang menggunakan ruang dalam berkomunikasi (dalam Altman, 1975).

C. Teritorialitas

Holahan (dalam Iskandar, 1990), mengungkap bahwa teritorialitas adalah suatu tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya / area yang sering melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain.
Menurut Sommer dan de War perbedaan ruang personal dengan teritorialitas adalah ruang personal dibawa kemanapun seseorang pergi dan tidak memperlihatkan dengan jelas kawasan yang menjadi pembatas antar dirinya dengan orang lain. Sedangkan teritori memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-ubah dengan batasan-batasan yang nyata.
1. Karakter dasar dari suatu teritori yaitu
1. Kepemilikan dan tatanan tempat.
2. Personalisasi atau penandaan wilayah.
3. Taturan atau tatanan untuk mempertahankan terhadap gangguan
4. Kemampuan berfungsi yang meliputi jangkauan kebutuhan fisik dasar, psikologis, sampai kepuasan kognitif dan kebutuhan estetika.

Hubungan antara privasi, ruang personal dan teritorialitas dengan lingkungan.


ketiga bentuk tersebut sangat berhubungan sekali dengan lingkungan, karena dari individu masing-masing memiliki cara tersendiri untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha supaya sukar dicapai oleh orang lain. Sedangkan ruang space juga sangat berpengaruh terhadap lingkungan karena ruang dalam diri kita biasanya sangat kita lindungi. Hanya orang-orang terdekat kita yang biasanya boleh memasuki ruang ini, biasanya sahabat. Kita juga akan berhati-hati saat orang baru hendak memasuki ruang ini.

Sumber:
Prabowo, Hendro. Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Jakarta: Gunadarma. 1998.

Minggu, 27 Maret 2011

Kesesakan dan kepadatan penduduk

1. KESESAKAN dan KEPADATAN PENDUDUK
Kesesakan (crowding) dan kepadatan (densitiy) merupakan fenomena yang akan menimbulkan permasalahan bagi setiap negara di dunia di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan terbatasnya luas bumi dan potensi sumber daya alam yang dapat memenuhi kebutuhan hidup manusia, sementara perkembangan jumlah manusia di dunia tidak terbatas.
Kesesakan dan kepadatan yang timbul dari perkembangan jumlah manusia di dunia pada masa kini telah menimbulkan berbagai masalah sosial di banyak negara (misalnya : Indonesia, India, Cina, dan sebagainya), baik permasalahan yang bersifat fisik maupun psikis dalam perspektif psikologis. Contoh permasalahan sosial yang nyata dalam perspektif psikologis dari kesesakan dan kepadatan penduduk adalah semakin banyaknya orang yang mengalami stres dan berperilaku agresif destruktif.

Berdasarkan fenomena yang muncul dari dari realitas kini dan perkiraan berkembangnya dan timbulnya masalah di masa yang akan datang, maka dalam perspektif psikologi lingkungan kiranya dipandang tepat untuk menjadikan kesesakan dan kepadatan menjadi argumen bagi suatu pengkajian secara lebih dini dan lebih mendalam dalam usaha mengantisipasi persoalan-persoalan sosial yang pasti akan timbul pada masa kini dan masa yang akan datang.

2. MENGAPA PENDUDUK DUNIA MAKIN PADAT.

Masalah kependudukan atau lebih tepatnya lagi masalah kepadatan penduduk yang melanda hampir hampir semua negara di dunia dewasa ini, sebenarnya adalah akibat menurunnya tingkat kematian dengan tanpa disertai menurunnya tingkat kesuburan. Umumnya di negara-negara berkembang (maju) sudah mampu menurunkan tingkat kesuburannya, sedangkan di negara yang sedang berkembang belum mampu menurunkan tingkat kematian dan tingkat kesuburannya.
Sekarang ini, kira-kira ¾ penduduk dunia hidup di negara-negara yang sedang berkembang. Dibandingkan dengan mereka yang hidup di negara berkembang (maju) tingkat kelahirannya berbeda jauh. Di negara yang sedang berkembang angka kelahirannya mencapai 37.5 per 1000 penduduk. Seorang wanita di negara sedang berkembang mempunyai 5-6 orang, sementara di negara maju rata-rata jumlah anaknya hanya 2 orang.
Angka kelahiran yang tertinggi terjadi di beberapa negara Asia dan Afrika, dimana untuk setiap pasangan suami-istri mempunyai rata-rata jumlah anak 6-8 orang. Di negara-negara ini angka kelahirannya tersebut tercatat cukup tinggi, yaitu mencapai 45 per 1000 penduduk.
Ada alasan-alasan tertentu mengapa tingkat pertambahan penduduk di negara-negara yang sedang berkembang itu tetap tinggi. Beberapa pendapat yang diperkuat oleh hasil penelitian mengungkapkan bahwa tingkat pertambahan penduduk yang tinggi tersebut antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Sejak berabad-abad lamanya kesuburan yang tinggi itu merupakan jawaban terhadap kematian yang tinggi untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga bangsa dan agama.
2. Di negara-negara yang sedang berkembang, anak adalah kekayaan orang tua yang paling dibanggakan karena merupakan jaminan sosial, ekonomi, dan emosi di hari tua. Oleh karena itu, kesuburan sangat dihormati untuk menjamin cukup anak, terutama anak laki laki.
3. Di negara-negara agraris, anak laki-laki sangat diperlukan untuk membantu mengerjakan sawah ladang atau melaksanakan upacara keagamaan tertentu pada waktu orang tuanya meninggal. Anak juga dianggap merupakan jaminan bagi para ibu, apabila kelak mereka diceraikan atau dimadu. Di negara-negara yang sedang berkembang, perkawinan pada usia remaja sering dilakukan, terutama bagi wanita di daerah pedesaan. Banyaknya perkawinan muda usia tersebut antara lain disebabkan orang tua merasa malu kalau anak gadisnya belum ada yang melamar, takut menjadi perawan tua. Oleh karena itu, banyak orang tua yang aktif mencarikan jodoh (calon suami) bagi anak gadisnya, meskipun anak gadisnya belum cukup umur untuk menikah, bahkan belum menginjak usia remaja.
4. Para orang tua dan mertua selalu mengharapkan perkawinan anaknya segera dikaruniai anak. Bagi mereka ini penting, sebab anak dari perkawinan tersebut merupakan bukti kesuburan anak gadisnya atau kejantanan anak laki-lakinya. Kebudayaan untuk menunda anak pertama pada usia yang lebih tua belum ada, sehingga pasangan itu akan dihadapkan kepada masa subur yang sangat panjang.


DAMPAK
Pasti ada dampak dari suatu hal yang berlebihan begitu pula overloadnya Jakarta. Kesesakan yang diakibatkan oleh berlebihannya pendduduk Jakarta mengakibatkan; Sifat Konsumtif, Kekumuhan kota, Kemacetan lalu lintas, Kriminalitas yang tinggi, Struktur kota yang berantakan, isu Jakarta tenggelam, Banjir, pelebaran kota dengan tata kota yang tidak baik, melonjaknya sector informal, terjadinya kemerosotan kota, dan pengembangan industry yang menghasilkan limbah.
Dalam hal perbaikan, pemerintah Jakarta memang mengambil langkah-langkah untuk membatasi urbanisasi. Pemerintah mengeluarkan peraturan yang membatasi masuknya migran ke kota, dengan hanya mereka yang telah dijamin pekerjaannya diijinkan untuk tinggal di kota, sementara petugas dari lembaga ketertiban umum kota sering melakukan serangan terhadap warga ilegal.
Semua upaya untuk mengekang tingkat kelahiran di kota itu akan menjadi tidak berarti jika kita tidak dapat membatasi urbanisasi. Untuk mengatasi masalah ini, Jakarta tidak bisa bekerja sendiri karena masih ada faktor yang mendorong urbanisasi dari berbagai daerah. Namun Semua masalah ini hanya bisa dipecahkan jika ada kemauan politik dari pemerintah pusat untuk menangani masalah mengurangi kesenjangan antara Jakarta dan provinsi-provinsi lainnya.

Sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/12/05/kepadatan-penduduk-sebagai-akar-dari-permasalahan-kota-jakarta/


Contoh kasus

Angkutan Jakarta Quo Vadis ?
Perasaan ini saya rasakan setelah bekerja pada suatu kota di km 28 jalan tol jakarta-cikampek. Perjalanan dari Jakarta ke kota tempat bekerja dengan menggunakan jasa angkutan umum saya rasa merupakan pilihan yang cukup ekonomis dan sekaligus dapat beristirahat di dalam kendaraan. Akan tetapi pada kenyataannya terdapat beberapa permasalahan pada angkutan umum, jangankan dari aspek kenyamanan, aspek keselamatan yang merupakan syarat utama dari bisnis angkutan umum sering terabaikan. Jadi janganlah kita tergesa-gesa bermimpi untuk mempunyai sistem transportasi yang mampu menjamin ketepatan waktu, karena dari sisi kelayakan, kelengkapan dan sikap berkendaraan pun kadang tidak diperhatikan.

Pada waktu berangkat ke tempat kerja, penantian bus sudah cukup lama dan bilamana ada didapati bus dengan penumpang yang melebihi kuota, sehingga harus menunggu bus yang agak kosong. Teapi karena pada saat itu merupakan jam padat terpaksa saya bergelantungan di bus yang penuh sesak dengan teknik mengemudi seperti layaknya film laga “Speed. Satu aspek keselamatan sudah terabaikan dan yakinkah kita sang empunya bus juga memperhatikan aspek fisik kendaraan seperti uji emisi gas buang pada busnya ? Adakah kita temui dalam bus itu alat pemadam api ringan (APAR), kotak PPPK, segitiga pengaman dan lain-lainnya ?
Saat pulang sekitar pukul 20.00 dimana bus angkutan umum sudah sirna dari kota di km 28 tol Jakarta – Cikampek, saya pulang menggunakan kendaraan omprengan dengan merk “Isuzu” tetapi orang sering bilang “elp”. Di sana cukup mencengangkan lagi, satu kendaraan diisi oleh 27 penumpang (dengan pengemudi, kalau penumpang masih kurang, maaf pengemudi tidak mau berangkat) dan kendaraan itu melaju di jalan tol. Tapi memang bangsa kita adalah bangsa yang tidak banyak complaint dan serba nrimo, para penumpang juga tidak banyak yang mengeluh (atau putus asa karena tidak ada pilihan lain). Layakkah sebuah “elp” berjalan dengan kecepatan 60 – 80 km/jam di jalan tol membawa 27 orang penumpang ?
Kemudian saya melanjutkan perjalanan pulang menggunakan bus yang dikatakan orang masih baru, nyaman, ber-AC, mampunyai kelengkapan darurat seperti: pemecah kaca darurat, bahkan ada yang mempunyai APAR; tidak polusi karena berbahan bakar gas dan yang terpenting mempunyai jalan sendiri yang tidak dapat diganggu gugat oleh kendaraan lain. Dengan harapan yang membuncah saya mencobanya karena transportasi ini membuat terobosan baru di bidang pertransportasian, alih-alih kenyamanan yang saya dapatkan, penantian yang panjang saya rasakan dalam menunggu bus tersebut (karena saat itu sudah pukul 21:00 lebih) dan hal itu juga dirasakan oleh berpuluh-puluh orang yang juga sedang menanti pada shelter tersebut dan mungkin pada shelter-shelter yang lain. Setelah bus yang dinantikan datang bisa para pembaca sekalian perkirakan penumpang menjadi berlebihan, berjubel dan tidak ada informasi keberadaan bus berikutnya dengan rute yang sama, sehingga mungkin penumpang takut kehabisan kendaraan. Inilah pentingnya penjaminan waktu dari sistem transportasi kita. Seperti di tetangga kita Malaysia, di Kuala Lumpur central station setelah kereta berangkat selalu ada pengumuman bahwa kereta berikutnya akan datang lagi dalam sekian menit sehingga penumpang tidak berebut untuk masuk di atu kereta. Akhirnya saya pulang dengan bus yang penuh sesak, tak leluasa bergerak dan gerah karena AC tidak terasa lagi.
Rekan pembaca yang budiman, mungkin layak jalan janganlah kita terpaku pada tangible atau bentuk fisik semata, tetapi juga bagaimana cara angkutan tersebut bersikap dan beroperasi di jalan. Penjaminan mutu kendaran memang mutlak perlu tetapi sikap serta prilaku para pengemudi dan manajemen angkutan juga perlu diperbaiki. Bila saya menilai secara keseluruhan bukan 72% angkutan umum di jakarta tidak layak tapi mungkin lebih dari itu ...........
Oleh : Mochamad Arif Nugroho

Sumber : http://www.mediaindonesia.com/welcome/opinipublik_all/29

Analisis sifat manusia menurut letak geografis dengan dimana dia tinggal

Analisis sifat manusia menurut letak geografis dengan dimana dia tinggal

Berbicara tentang ada istiadat kebudayaan di indonesia, banyak beraneka ragam adat istiadat yang berbeda sesuai dengan tata letak geografisnya. Disini saya akan membahas sedikit tentang adat istiadat dari suku batak.
Suku batak terkenal dengan adat yang keras. Suku ini identik degan logat yang kasar dan dari bentuk wajah pun, orang-orang yang asli batak mempunyai ciri khas tersendiri. Mayoritas suku batak cenderung memiliki sifat yang emosional, kurang bisa mengontrol emosinya ketika sedang marah. Bahkan suka berteriak-teriak tanpa melihat lingkungan sekitar. Tetapi ada juga orang-orang batak yang keras tetapi sebenarnya maksudnya baik, Cuma cara pembawaannya saja yang terkesan seperti marah-marah.
Orang-orang batak yang ada di sekitar kita sendiri yang bermata pencahariaan di daerah pulau jawa terutama jakata, tidak jauh-jauh kita bisa lihat dari tukang penambal ban dan sopir metromini. Sopir metromini yang mayoritas dari batak cenderung ugal-ugalan saat mengendarai angkutan umum, dan tidak memikirkan keselamatan penumpang dan pengendara yang lain. Sedangkan para penambal ban suka tidak telaten dalam kerjanya, lebih sering mencurangi pelanggan dengan cara mereka sendiri.
Orang batak mempunyai kebiasaan berbicara dengan nada tinggi. Hal ini disebabkan karena lingkungan mereka yang mempunyai kebiasaan berbicara yang seperti itu juga. Suku batak, adat istiadatnya sangat kental. Orang batak identik dengan semangat bekerjanya yang sangat tinggi. Mereka senang dan menerima pekerjaan apapun demi mendapatkan uang. Dalam suku batak, kaum lelaki lebih dominan dibandingkan kaum perempuan.

Mitologi suku batak

Mitologi bukan merupakan sebuah legenda belaka untuk suku Batak, tetapi juga sangat mempengaruhi sistem adat-istiadat Batak, bahkan masih mempengaruhi cara berpikir suku Batak sampai masa kini, antara lain tentang pendapat, bahwa manusia tidak mampu menentukan nasibnya sendiri, sekalipun dia sangat menginginkannya.
Memang benar, bahwa masing-masing anak-suku ( puak) mempunyai mitologi sendiri-sendiri tentang asal mula orang Batak, tetapi pada pokoknya semua Mitologi itu sama dan berkisar pada lahirnya si Raja Batak yang menjadi nenek moyang semua orang Batak.
Menurut Pdt. DR. Andar Lumbantobing dalam bukunya “Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak”, disebutkan bahwa secara genealogis antropologis, asal usul suku Batak yang bermukim di bagian utara dan barat laut Pulau Sumatra terdiri dari enam suku atau cabang, yaitu suku Karo, Pakpak atau Dairi, Simalungan, Toba, Angkola dan suku Mandailing, yang masing-masing mempunyai bahasa atau dialek. Suku Batak dimasukan dalam rumpun Melayu,yang sebagian besar sekarang menyebut dirinya bangsa Indonesia. Arti Batak sampai sekarang belum dapat di jelaskan secara pasti dan memuaskan. Menurut J, Warneck, Batak berarti “Penunggu kuda yang lincah”, tetapi menurut H.N. Van der Tuuk, Batak berarti “kafir” sedangkan yang lain mengartikannya “budak-budak yang bercap atau ditandai”.
Selanjutnya DR. Andar menjelaskan bahwa menurut beberapa prasasti peninggalan Adityawarman abad ke-14, sekelompok murid dan pengikut aliran Mahayana telah memasuki daerah pedalaman Sumatra Utara dan mereka menetap disana, di tengah-tengah daerah pegunungan. Oleh dunia ilmu pengetahuan masa kini, diakui sebagai nenek-moyang suku Batak yang kini mendiami daerah itu. Selain itu, tidak ada lagi yang dapat diketahui dunia luar secara pasti tentang perkembangan suku.
Suku Batak sudah mempunyai kebudayaan sendiri dan juga telah memiliki keterampilan yang cukup tinggi. Diantara benda-benda yang dimiliki, yang sangat berpengaruh dalam hidupnya adalah aksara Batak sendiri. Hanya dengan mengenal dan memahami aksara orang itu dapat melihat-lihat keanehan-keanehan dan keganjilan-keganjilan yang terdapat dalam jampi dan mantra datu Batak. Sangat disesalkan karena penulisan hukum adat Batak, syair, pantun, umpama, dongeng, dan sisilah Batak, yang sangat penting kedudukannya dalam budaya batak, tidakdituangkan dalam bentuk tulisan.pada mulanya orang-orang Eropa bermaksud melakukan penulisan itu, tetapi gagal. Cerita-cerita peninggalan nenek moyang yang mereka dapatkan secara lisan, tidak ditulis sesuai aslinya, banyak yang di ubah, sehinga tidak lagi memberi gambaran otentik mengenai budaya dan filsafatnya.
Ukiran-serta pahatan-pahatan pada rumah adat Batak sangat indah dan menggambarkan kepekaan rasa pengukirnya. Demikian juga hasil tempaan para pandai besi dan para penenun. Semuanya membuktikan bahwa suku Batak sangat menekuni pekerjaannya dengan mengandalkan pengetahuan dan perasaan artistik yang dimilikinya. Dalam hal pengolahan tanah, harus diakui bahwa mereka cukup berhasil – meskipun pada masa perang, rakyat masih mampu mempertahankan hidupnya dengan hasil tanamannya sendiri.
Disamping itu, suku Batak berjiwa patriot dan sudah lama mengenal rabuk,sehingga sebagaimana orang yang memiliki sifat-sifat keprajuritan yang gemar berkelahi, dalam soal pertikaian antar kelompok atau kampung mereka sangat cepat menggunakan senjata api. Namun suku Batak rata-rata bukanlah pendendam. Memang benar mereka cepat naik darah, tetapi marahnya tidak lama dan segera dilupakan, sejauh masalah itu hanya menyangkut pribadinya saja.
Menurut Mitologi Batak, tempat asal suku Batak adalah gunung Pusuk Buhit yang terletak di sebelah Barat Laut Danau Toba.
Pada umumnya, pemberitaan yang dilakukan dari mulut ke mulut tidak dapat di percaya. Hal ini terbukti dengan banyak cerita dan dongeng yang beredar di kalangan bangsa dan suku-suku negeri ini, yang semuanya tidak sesuai dengan pemberitaan alkitab tentang penciptaan yang hanya mempunyai dua versi (yang pertama dalam Kejadian 1 dan dalam Kejadian 2yang kedua
Menurut Warneck, hampir semua suku (marga) memiliki dongeng, yang satu sama lain sama sekali tidak mempunyai persamaan.untuk memperoleh gambaran mengenai pola pemikiran tentang terjadinya suku Batak menurut dongeng-dongeng yang dikenal secara luas, berikut ini disajikan salah satu dongeng.
Dalam Mitologi Batak burung layang-layang, berkedudukan seperti kurir atau penghubung antara penghuni langit dengan bumi. Suatu ketika, burung itu di panggil oleh Mulajadi Na Balon, sang Awal Yang Maha Besar yang berkuasa atas segala yang ada, untuk mengantarkan sebuah lodong (poting, bamboo tabung air) berisi benih kepada Boru Deak-Parujar, putri seorang dewa yang berada di bumi. Setelah burung itu tiba di tmpat Boru Deak, dia berkata : “Boru Deak-Parujar, tenunlah sehelai ulos ragidup (kain adat Batak), kemudian lilitkan ulos itu pada lodong itu lalu bukalah tutup nya. “Setelah Boru Deak-Parujar menenun sehelai ulos, dia melilitkan pada lodong itu kemudian dia buka tutupnya dan dari dalamnya meloncatlah keluar seorang pria. Dialah yang disebut Tuan Mulana (yang awal). Boru Deak menempatkan pria itu disebuah daerah yang terang, lalu dia menyuruh burung itu kembali kepada Mulajadi Na Bolon untuk menyampaikan pertanyaan Boru Deak yang oleh Mulajadi dijawab, “Boru Deak sendirilah yang akan menjadi teman hidupnya !” Dan mulai saat itu Boru Deak-Parujar menjadi seorang manusia seperti Tuan Mulana. Merekalah yang menjadi nenek-moyang orangBatak di atas dunia ini.
Dari cerita tersebut dapat disimpulkan, bahwa suku Batak di zaman keberhalaan sudah percaya pada Allah Yang Esa, yang disebut Mulajadi Na Bolon, yang menjadi awal dari segala yang ada; Dialah Yang Mahatinggi, Allah yang oleh suku Batak di percaya sebagai Allah dari segala ilahi yang menjadikan langit, bumi dan segala isinya, yang secara terus-menerus memelihara hidup ini.

Rabu, 23 Februari 2011

Hubungan statistika dalam psikologi

Statistik memegang peranan yang penting dalam bidang psikologi. Terutama dalam penelitian-penelitian dalam psikologi, baik dalam penyusunan model, perumusan hipotesa, dalam pengembangan alat dan instrumen pengumpulan data, dalam penyusunan desain penelitian, dalam penentuan sampel dan dalam analisa data. Dalam banyak hal, pengolahan dan analisa data tidak luput dari penerapan teknik dan metode statistik tertentu, yang mana kehadirannya dapat memberikan dasar bertolak dalam menjelaskan hubungan-hubungan yang terjadi. Statistik dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah hubungan kausalitas antara dua atau lebih variabel benar-benar terkait secara benar dalam suatu kausalitas empiris ataukah hubungan tersebut hanya bersifat random atau kebetulan saja.

Statistik telah memberikan teknik-teknik sederhana dalam mengklasifikasikan data serta dalam menyajikan data secara lebih mudah, sehingga data tersebut dapat dimengerti secara lebih mudah. Statistik telah dapat menyajikan suatu ukuran yang dapat mensifatkan populasi ataupun menyatakan variasinya, dan memberikan gambaran yang lebih baik tentang kecenderungan tengah-tengah dari variabel.

Statistik dapat menolong peneliti untuk menyimpulkan apakah suatu perbedaan yang diperoleh benar-benarberbeda secara signifikan. Apakah kesimpulan yang diambil cukup refresentatif untuk memberikan infrensi terhadap populasi tertentu.

Selasa, 22 Februari 2011

lingkungan yang menghasilkan tingkah laku

Gotong royong kebersihan lingkungan dapat terjaga dengan lingkungan yang bersih
[ 19-11-2010 | 58 pembaca ]


Dalam rangka mewujudkan Denpasar clean and green (Denpasar bersih dan hijau), menjaga kebersihan lingkungan di sekitar kita merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itu, diharapkan bukan hanya keterlibatan pemerintah saja dalam menjaga kebersihan lingkungan melainkan juga masyarakat. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan Drs I Made Mudra,M.Si saat menghadiri kegiatan gotong royong sebagai Bapak Angkat Kelurahan Dauh Puri , Kecamatan Denpasar Barat, Jumat (19/11). disekitar komplek pertokoan jalan Diponegoro.

Dalam kesempatan tersebut, acara gotong royong juga dihadiri oleh Lurah dan masyarakat sekitar Kelurahan Dauh Puri. Persoalan kebersihan lingkungan bukan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah, melainkan juga masyarakat. Untuk itu sangat diharapkan kepada masyarakat agar bisa berpartisipasi dalam membersihkan lingkungan sehingga menjadi lebih bersih dan indah. Seperti yang dilaksanakan oleh warga Kelurahan Dauh Puri kali ini melalui kegiatan gotong royong. Kelurahan Dauh Puri bersinergi bersama Pemerintah menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Kegiatan gotong royong diperkotaan khususnya yang sempat mati, sekarang perlu dibangkitkan kembali guna mencegah penyakit-penyakit menular. Melestarikan lingkungan harus dimulai dari tingkat yang terkecil yaitu lingkungan terdekat atau lingkungan tempat tinggal. Kecintaan terhadap lingkungan yang ditandai dari terjaganya kebersihan lingkungan masing-masing akan membawa dampak sangat besar terhadap keberlangsungan hidup generasi kita.

Kegiatan ini dilaksanakan guna menjaga hal-hal yang tidak kita inginkan. Seperti banjir dan merabahnya penyakit seperti demam berdarah. Melalui kegiatan gotong royong kebersihan lingkungan dapat terjaga, dengan lingkungan yang bersih dan sehat dapat kita raih bersama-sama warga sekitar. Mudah-mudahan melalui kegiatan ini, Denpasar clean and green segera terwujud dengan melakukan berbagai gerakan kebersihan.


dari contoh kasus diatas, menurut Schoggen (1989) ia mengembangkan teori behaviour setting dari Roger R.Barker yang terkenal. inti teori itu adalah bahwa manusia berperilaku sesuai dengan setting (tatanan) lingkungan. penelitian Barker mengenai behaviour setting disebuah kota di midwest, dilengkapi dengan hasil-hasil penelitian diberbagai setting lain. hasilnya adalah bahwa teori behaviour setting berkait dengan berbagai konsep dalam ilmu-ilmu sosial, lingkungan, dan perilaku.

Sumber :

http://www.denpasarkota.go.id/instansi/?cid==IzN&s=i_berita&id=3244

Jumat, 29 Oktober 2010

Prestasi dalam kelompok belajar

TUGAS PSIKOLOGI KELOMPOK

MAKALAH PRESTASI BELAJAR DALAM KELOMPOK


3PA05



NAMA KELOMPOK


MIA PUTRI WULANDINI 10508137

MIKHAEL ANGELO STEVANO 10508140

PUTRI KUMALA DEWI 10508176

TANTI NURINDAHSARI 10508222

YUSLIAH ASANI 10508248




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................3

BAB 1...................................................................................4

LATAR BELAKANG............................................................4

BAB 2....................................................................................5

PEMBAHASAN.....................................................................5

DAFTAR PUSTAKA.............................................................7


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna baik dalam penulisan maupun pembuatan program, karena keterbatasan kemampuan penulis. Namun demikian diharapkan agar tugas makalah ini dapat bermanfaat.

Oleh karena itu kami sangat menghargai kritik maupun saran yang berguna bagi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Prestasi merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan.

Menurut Sardiman A.M (2001:46) “Prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar”.

Prestasi yang diraih bukan semata-mata hanya dapat dicapai pada setiap individu saja, tetapi dapat juga diraih atau dicapai oleh para kelompok yang biasa dinamakan prestasi dalam kelompok, contohnya : prestasi kelompok dalam belajar, prestasi kelompok dalam olahraga, dll.

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif.

Didalam prestasi belajar memiliki beberapa faktor untuk mencapai atau meraih prestasi tersebut bahwa pada dasarnya faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu dan faktor yang berasal dari luar diri individu. Kedua faktor ini akan saling mendukung dan saling berinteraksi sehingga membuahkan sebuah hasil belajar.

BAB II

PEMBAHASAN

Dalam jurnal ini, kami menarik kesimpulan bahwa prestasi belajar di dalam dan di luar negeri itu memiliki banyak perbedaan. Proses belajar di dalam negeri, prestasi belajar dilihat melalui perbandingan antar satu kelompok dengan kelompok yang lain namun dalam satu wilayah, sedangkan proses belajar di luar negeri, prestasi belajar dilihat melalui perbandingan kelompok antar wilayah. Proses belajar di luar negeri, prestasi siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : faktor lingkungan, orang tua dan ekonomi, sedangkan di dalam negeri prestasi siswa ditentukan dengan menggunakan metode latihan. Dimana setiap siswa, sebelumnya telah diberikan test terlebih dahulu untuk menentukan metode apa yang baik digunakan untuk menentukan prestasi belajar mereka. Adapun metodenya yaitu Metode Latihan dan Metode Ceramah. Dan yang paling menentukan prsetasi belajar siswa di dalam negeri adalah dengan menggunakan Metode Latihan. Di luar negeri, faktor budaya juga dianggap berperan penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Bisa di lihat dari contohnya, antara imigran Asia dengan imigran Hispanik. Imigran Asia lebih berkompeten dibanding imigran Hispanik karena Imigran asia lebih didorong oleh kebutuhan sosial- ekonomi dan faktor akulturasi orang tua. Di luar negeri juga menekankan pengalaman awal sekolah sangat penting dalam mempengaruhi masa depan sekolah. Anak usia dini imigran adalah sensitif dipengaruhi berbagai faktor yang terjadi di masyarakat, individu, keluarga dan konteks sosial. Untuk memahami prestasi sekolah anak-anak muda imigran, maka perlu untuk mengidenfikasi prediktor ganda dan indikator yang mungkin mempengaruhi prestasi sekolah mereka. Untuk memahami adaptasi kelompok etnis, terdapat empat jenis akulturasi dan pelestarian etnis - sejauh mana orang menguasai budaya lokal dan / atau tetap dalam budaya etnis. Kekuatan dari ikatan dengan budaya asal dan dengan hasil budaya dominan dalam empat kelompok: 1) Dwibudaya - mampu berfungsi sebagai kompeten dalam budaya yang dominan seperti pada mereka sendiri sambil berpegangan pada manifestasi budaya mereka sendiri; 2) Tradisional - berpegang pada mayoritas sifat budaya dari budaya asal dan menolak banyak ciri dari budaya dominan; 3) terakulturasi - memiliki ciri-ciri yang paling menyerah budaya dari budaya asal dan ciri-ciri diasumsikan budaya dominan; dan 4) Marjinal - tidak sama sekali kemudahan dalam budaya asal atau minimal menjadi bagian dari budaya yang dominan. Di dalam negeri, konformitas kelompok sebaya pada remaja bisa berpengaruh pada motivasi berprestasi, adapun pengaruhnya seperti bila remaja yang konform terhadap kelompok sebaya yang senang belajar, maka remaja akan terpengaruh untuk senang belajar juga sama dengan kelompoknya dan dapat memotivasi remaja untuk berprestasi.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.accessmylibrary.com/article-1G1-197989597/predictors-immigrant-children-school.html

http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009/Artikel_10505007.pdf

http://guruvalah.20m.com/perbedaan_prestasi.pdf

http://belajarpsikologi.com/faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar/

Rabu, 06 Oktober 2010

Basket SMA YPI 45 Bekasi

Organisasi adalah sekumpulan orang-orang yg berkerjasama antara dua orang atau lebih yang disusun dalam kelompok-kelompok, untuk mencapai tujuan bersama.

Di dalam kumpulan itu, juga mencakup kegiatan yang sama-sama mempunyai visi dan misi yang sama, Adanya kerja sama, dan adanya keterikatan tata tertib yang harus ditaati.

Basket adalah suatu cabang olahraga yang terdiri dari sedikitnya 5 orang di dalam satu tim tersebut. Memiliki satu tujuan yang sama, adanya kerjasama yang bagus, harus kompak dalam suatu pertandingan. Semua itu untuk satu tujuan, yaitu kemenangan dalam bertanding.

Basket SMA YPI 45 Bekasi, sangat terkenal dengan Tim Basketnya. Sering meraih juara dalam setiap kejuaraan di Bekasi. Mereka sangat gigih dan sangat kompak ketika berada di dalam lapangan. “KEBERSAMAAN” itulah motto mereka. Tidak ada senoritas diantara satu sama lain, semua sama.

Pihak sekolah pun sangat mendukung siswa-siswi yang ikut tergabung dalam ekstrakulikuler ini. Kepala sekolah dan guru-guru lainnya sering menonton langsung ketika murid-murid nya sedang bertanding. Itulah salah satu factor yang membuat Tim Basket YPI 45 semangat. Pihak sekolah sangat mendukung sekali ketika Tim Basket tersebut meminta persetujuan untuk mengadakan pertandingan antar SMP dan SMA di Sekolah.

Bekat kerjasama dan kekompakan Tim Basket, SMA YPI 45 sampai saat ini sudah mengadakan YPI CUP BASKET BALL IV, dan sekarang pun kegiatan ini sudah menjadi kegiatan rutin setiap tahunnya.Tidak hanya dilapangan saja mereka kompak, tetapi di luar sekolah pun mereka saling akrab satu sama lain, Putra dan Putri Tim Basket SMA YPI 45.

Banyak dari mereka yang mendapatkan beasiswa untuk masuk ke universitas karena prestasi yang telah diraih.

Sampai saat ini pun Tim Basket SMA YPI 45 selalu di ingat dan di ketahui di daerah Bekasi dan sekitarnya, walaupun sudah jarang menjuarai di setiap kesempatan dalam kejuaraan, tetapi mereka masih punya satu tekad untuk membangkitkan lagi seperti sebelum-sebelumnya.

Terima kasih,